BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Rabu, 15 Februari 2012

Laporan Praktikkum Faal Penghantaran Aerotymponal dan Craniotymponal pada Pendengaran

LAPORAN PRAKTIKUM

PSIKOLOGI FAAL

Nama : Dwi Febrisa Wedya Ismiliana

NIM : 10013124

Jenis kelamin : Perempuan

Pendidikan : Mahasiswa Psikologi

Nama Percobaan : PENGHANTARAN AEROTYMPONAL DAN

CRANIOTYMPONAL PADA PENDENGARAN

Nomor Percobaan : XVI

Nama Orang Percobaan : Rizka Nur Farida

Nama Pelaku Percobaan : Dwi Febrisa Wedya Ismiliana

Tanggal Percobaan : 28 Oktober 2011

Waktu Percobaan : 10.00 – 12.00 wib

Tempat Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal

Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan

Yogyakarta

I. TUJUAN PERCOBAAN

1. Untuk membuktikan bahwa transmisi melalui udara lebih baik melalui tulang .

2. Untuk mengetahui adanay hantaran pada nada melalui rulang tengkorak .

3. Untuk memeriksa ketajaman pendengaran dan menentukan sumber pendengaran .

II. DASAR TEORI

Telinga merupakan tempat reseptor – reseptor pendengaran dan alat untuk keseimbangan terletak . Suara merupakan gelombang mekanik yang rambatannya memerlukan mediu0000 Hz . Telm / zat perantara , misal udara , air , dan benda padat . Manusia dapat mendengar suara pad frekuensi antara 20-20000 getaran per detik ( Hz ) dan tidak dapat mendengar suara di bawah 20 Hz dan di atas 20000 Hz . Telinga terdiri dari :

1. Telinga luar

Terdiri atas aurikel atau pinna ( daun telinga ) , dan mediusaudiotorius externa ( liang telinga luar ) yang menjorok kedalam menjauhi pinna , serta menghantar getaran suara menuju membrane timpani ( gendang telinga )

2. Telinga tengah

Atau rongga timpani : adalah bilik kecil yang mengandung udara . Bagian dari telinga tengah adanya tiga tulang telinga , yaitu :

a. Tulang martil ( maleus / hammer )

berbentuk martil dengnan ganggang yang terkait pada membran timpani , sementara kepalanya menjulur kedalam ruang timpani .

b. Landasan ( inkus / anvil )

c. Sanggurdi ( stapes / sirrup )

3. Telinga dalam

Di temukan tingkap jorong yang berupa selaput , rumah siput ( koklea ) , dan saluran gelung . Rumah siput ( koklea ) adalah saluran spiral yang terdiri dari atas skola vestibule ( di bagian dorsa ) , skala media ( bagian tengah ) dan skala tympani ( bagian ventral ) , serta berisi cairan perilimf dan permukaan dalamnya merupakan tempat bermuara saraf . Ujung saraf tersebut peka terhadap getara yang ditimbulkan oleh cairan tersebut . Semua ujung saraf bersatu membentuk saraf pendengaran .

Suara ditimbulkan oleh getaran atmosfer yang dikenal sebagai gelombang suara yang kecepatan dan volumenya berbeda – beda . Gelomnang suata yang sampai pada telinga bagian luar melewati saluran pendengaran sampai pada membran tympani , sehingga membran tympani bergetar . Getaran dilanjutkan ketulang pendengaran tingkap bundar . Selanjutnya getaran akan menggetarkan rumah siput , diikuti getaran cairan dirumah siput . Cairan yang bergetar menstimulasi ujung – ujung saraf . Impuls ujung saraf diteruskan ke pusat pendengaran di otak besar . Otak besar menerima impuls dari ujun saraf . Lalu menerjemahkannya dan mempersepsikannya sebagai suara .

Pendengaran – pendengaran ditafsirkan otak sebagai suara yang enak atau tidak enak hingar bingar atau musical . Istilah – istilah ini digunakan dalam arti yang seluas – luasnya , gellombang suara yang teratur menghasilkan keributan atau kehingar bingaran , sementara gelombang suara berirama teratur menghasilkan bunyi musical yang enak . Suara merambat dengan kecepatan 343 meter per detik dalam udara renang pada suhu 15,h derajat celcius . Proses penghantaran suara dapat melalui berbagai medium , yaitu :

a. Penghantaran udara

b. Penghantaran suara melalui tulang

c. Penghantaran tulang telinga tengah

Berkaitan dengan proses pendengaran , kita mengenal beberapa teori , yaitu :

1. Teori resonansi dan teori tempat

Serabut – serabut dalam membrane basalis dapat disamakan dengan dawai – dawai dan alat musik . Dawai – dawai ini bermacam – macam panjangnya , serta beragam pula frekuensi nadanya . Teori resonansi berbunyi bahwa dawai – dawai akan turut bergetar apabila ada getaran yang masuk . Dawai – dawai yang bergetar biasanya berfrekuensi sama . Dengan demikian teori ini memandang bahwa sebenarnya serabut – serabut itu terlapis satu sama lain , seperti halnya dawai pada gitar .

2. Teori percobaan rine

3. Teori mengenal sumber bunyi

Bunyi yang datang dari suatu sumber yang ada didalam bidang meridian yang melalui tubuh manusia dan terdapat dimuka , diatas , ataupun dibelakangnya akan mencapai telinga dalam waktu bersamaan . Apabila sumber bunyi berada disebelah kiri , maka telinga kiri yang dahulu mendengarnya . Oleh karena itu timbul kesan bahwa sumber bunyi itu datang secara terus menerus pada waktu yang sama pada kedua tellinga kita , kita akan kesulitan menentukan sumber bunyi .

Pendengaran merupakan alat mekanoreseptif karena telinga memberikan respon terhadap getaran mekanik dari gelombang suara yang terdapat di udara. Proses mendengar di timbulkan oleh getaran atmosfer yang dikenal sebagai gelombang suara yang kecepatan dan volumenya berbeda-beda. Gelombang suara bergerak melalui telinga luar (auris eksterna) yang menyebabkan membran timpani bergetar. Getaran-getaran tersebut diteruskan menuju inkus dan stapes melalui maleus yang terikat pada membran itu. Karena getaran yang timbul pada setiap tulang itu sendiri, maka tulang akan memperbesar getaran yang kemudian disalurkan ke fenestra vestibuler menuju perilimfe.

Suara adalah sensasi yang di hasilkan bila getaran longitudinal molekul-molekul dari lingkungan luar, yaitu fase pemadatan dan perengganan dari molekul-molekul yang silih berganti mengenai membran timpani. Telinga mengubah gelombang suara dari luas menjadi potensial aksi nervus cochlerasis. Gelomban diubah oleh gendang telinga dan tulan-tulang pendengaran menjadi gerakkan papan kaki stapes. Gerakkan ini menimbulkan gelombang pada organ costi menimbulkan potensial alias pada serabut-serabut saraf. Organ corti merupakan organ yang menimbulkan impuls saraf akibat getaran membran vasilaris.

III. ALAT YANG DIGUNAKAN

1. Garputala

2. Pipa karet

3. Sempritan dari galton / audio meter

4. Arloji

5. Meteran / alat pengukur

IV. JALANNYA PERCOBAAN

A. Percobaan – percobaan dari rine

1. Suatu garputala yang sedang bergetar ditempatkan dengan tangkainya pada puncak kepala kita sampai nadanya tidak kedengaran lagi . Bila sekarang garputala tersebut ditempatkan dimuka lubang telinga , apakah nada dari garputala masih terdengar ?

2.Suatu garputala yang sedang bergetar ditempatkan dengan tangkainya pada tulang dibelakang telinga sampai nadanya tidak kedengaran lagi . Bila sekarang garputala tersebut ditempatkan dimuka lubang telinga , apakah nada dari gaputala tersebut masih kedengaran ?

B. Percobaan dari Weber

1. Suatu garputala yang sedang brgetar ditempatkan dengan tangkainya pada puncak kepala , kemudian satu lobang telinga ditutup . Tentukan dari arah mana nada berasal .

2. Satu lobang telinga dihubungkan dengan pipa kret dengan satu telinga teman , kemudian sebuah garputala yang sedang bergetar ditempatkan dengan tangkainya pada pundak kepala teman anda .

C. Pemeriksaan ketajanman pendengaran

Sebuah arloji ditempatkan dimuka lubang telinga . Telinga yang satu ditutup , kemudian arloji lambat laun dijauhkan sampai bunyinya tidak terdengar lagi . Jarak antara arloji dengan lubang telinga diukur , kemudian arloji didekatkan kelubang telinga sampai tidak kedengaran lagi . Jarak antara arloji dengan lubang telinga diukur .

D. Tempatnya sumber suara ( bunyi )

Kedua ujung pipa karet dimasukkan ke masing – masing lubang telinga . Kemudian tempat dari pipa itu digosok , di mana kedengarannya sumber suara ? kemudian tempat yang digosok lebih kekiri atau ke kanan . Dimana sumber suara kedengaran .

V. HASIL PERCOBAAN

A. Percobaan – percobaan dari rine

1. Suara dari garputala masih terdengar

2. Suara dari garputala masih terdengar

B. Percobaan dari weber

1. Nada yang terdengar berasal dari telinga yang tertutup

2. Tidak terdengar nada dari garputala yang diletakkan dipuncak kepala pada pipa karet

C. Hasil pengukuran ketajaman pendengaran

Arah

Telinga kanan

Telinga kiri

Keterangan

Di jauhkan

5 cm

5 cm

Terdengar

Didekatkan

6 cm

6 cm

Terdengar

D. Sumber bunyi terdengar lebih baik bila dekat dengan sumber telinga .

VI. KESIMPULAN

Nada selain dihantarkan melalui udara , dapat juga dihantarkan melalui tulang , yang pada percobaan ini adalah tulang tengkorak . Tapi penghantar suara yang paling baik adalah udara . Sedangkan ketajaman pendengaran dapat dipengaruhi oleh kebisingan ruangan dan beberapa intensitas bunyi yang di persengar .

Selain itu sumber suara dapat diketahui tempatnya . Sumber itu akan diyatakan disebelah kiri bila jrak antara sumber itu lebih dekat dengan telinga .

VII. APLIKASI

Seorang musisi / pemusik profesional dengan pekerjaan yang berhubungan dengan sangat dekat dengan suara ( nada ) , harus memiliki pendengaran yang baik ( peka ) terhadap nada – nada suara yang ada ( terlantunkan . Mendengarkan radio juga melalui gelombang suara .

Yogyakarta, 31 Oktober 2011

Penyusun

( Dwi Febrisa Wedya Ismiliana )

Asisten : Winda Yuniartika R

Nilai :

DAFTAR PUSTAKA

Bagian Laboratorium Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan . 1997 . Buku Pedoman Praktikum Psikologi Fa’al II . Yogyakarta : Fakultas Psikologi Univrsitas Ahmad Dahlan

Evelyn , C. Pearce . 2000 . Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis . Jakarta : PT. Gramedia

Guyton and Hall . 1997 . Fisiologi Kedokteran . Jakarta : CV. EGC

Yayat Ibayati , Dra, Melani Kurniasih , Spd , dan Bagad Sudjadi m.ED , Drs , 2000 . Prestasi Biologi 2 . Bandung : Ganesha Exact

0 komentar: